Bank di Tengah Badai Tarif: Strategi Bertahan dalam Arus Global

Kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia, telah memicu kekhawatiran besar akan terganggunya stabilitas rantai pasok internasional dan memperbesar kemungkinan terjadinya perlambatan ekonomi global. Anton Hermawan, Presiden Direktur Krom Bank Indonesia, mengungkapkan bahwa langkah proteksionis yang diinisiasi oleh Donald Trump dapat memberikan tekanan berat pada sektor perbankan, khususnya bagi bank yang memiliki ketergantungan terhadap Dolar AS.

Dampak dari kebijakan ini mulai terasa di pasar keuangan, ditandai dengan penurunan indeks saham global serta melemahnya nilai tukar Rupiah. Bank-bank yang memiliki eksposur besar terhadap pinjaman dalam mata uang Dolar mulai merasakan tekanan likuiditas, akibat derasnya arus modal yang keluar. Dalam situasi seperti ini, Anton menegaskan pentingnya kehati-hatian, terutama bagi bank digital yang meskipun tak terlalu rentan terhadap gejolak nilai tukar, tetap harus menghadapi risiko menurunnya daya beli nasabah yang bisa memengaruhi performa kredit.

Menanggapi ketidakpastian tersebut, sejumlah bank digital mengambil langkah untuk lebih selektif dalam memberikan pembiayaan serta memperkuat sistem penilaian risiko mereka. Pendekatan ini diharapkan mampu menjaga stabilitas keuangan dan mendukung kelangsungan bisnis mereka di tengah situasi global yang tidak menentu. Dengan strategi mitigasi risiko yang tepat, sektor perbankan Indonesia tetap memiliki peluang untuk tumbuh meski harus melintasi arus ekonomi yang penuh tantangan.